16 – 20 juli 2011
Batam – Perjalanan Ketua Umum POTD Satya Buana, Drs Sutjahyo, dalam mengembangkan POTD Satya Buana kembali berlanjut. 16 Juli lalu, pria yang di kalangan anggota Satya Buana akrab disapa Pak Yoyok ini memenuhi undangan Ketua POTD Satya Buana Cabang Batam, Nur Ahmadi. Selama di Batam, sejumlah agenda penting sudah menanti Pak Yoyok. Dimulai dengan evaluasi peserta SB Batam di Lapangan Voli PT ATB (Aditya Tirta Batam). “Evaluasi berlangsung lancar dan kawan-kawan SB Batam antusias mengikuti,” ujar Pak Yoyok.
Tidak hanya evaluasi regular yang menjadi agendanya di Batam. Esoknya, 17 Juli, Pak Yoyok dan istri, Ny Siti Insiya, diajak para pengurus SB Batam untuk sejenak menikmati pulau yang pernah menjadi jujukan ratusan pengungsi Vietnam itu. Lokasi yang dikunjungi dan seakan menjadi menu wajib, adalah mampir sebentar ke Jembatan Barelang. Jembatan ini memang menjadi ikon Kota Batam, mirip dengan ikon Jembatan Ampera di Palembang. Puas menikmati suasana Jembatan Barelang, rombongan Pak Yoyok melanjutkan ke Pantai Khasanah Melayu.
Barulah malam harinya, agenda yang rada serius dimulai. Pak Yoyok menunjukkan profil singkat POTD Satya Buana dan wasiat terakhir pendiri POTD Satya Buana, Drs Edi Suwono. Batam adalah cabang SB kedua, yang menyaksikan tayangan tersebut setelah cabang SB Surabaya. Agenda di rumah Suryatman, salah satu anggota SB Batam itu berlanjut dengan rapat persiapan baksos penyembuhan massal yang akan digelar di Karimun, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).
Pengalaman menarik terjadi menjelang keberangkatan rombongan pada 18 Juli. “ Saya nggak menyangka kalau akan diajak teman-teman di Batam untuk foto aura,” tukas Pak Yoyok. Sebelum rombongan bertolak ke Karimun, mereka ternyata mampir ke kawasan Komplek Taman Harapan Indah, Bengkong, Batam. Di tempat ini, ada semacam klinik konsultasi metafisika yang mempunyai fotografi aura. Pak Yoyok diminta kesediaannya untuk foto aura. Hasilnya, aura Pak Yoyok didominasi warna biru, hijau, ungu, dan putih. Sedangkan aura Siti Insiya, dominan ungu.
Tentang aura putih ini, pemilik fotografi aura, Hilmi dan Dyan, mempunyai penafsiran tak biasa. “ Itu aura para wali,” begitu kata mereka seperti yang ditirukan Pak Yoyok. Mendengar hal itu, Pak Yoyok buru-buru meluruskan. “Kita hanya orang SB, Satya Buana. Orang biasa saja kok mbak, nggak ada wali.”
Tentang foto aura sendiri, Pak Yoyok sadar betul bahwa foto aura tak bisa dijadikan patokan utama. Pasalnya, aura manusia berubah-ubah tergantung kondisi psikis dan kesehatan. “Hasil foto aura tak begitu penting. Yang penting, adalah perbuatan kita yang mengarah ke kebaikan dan senantiasa meningkatkan ibadah kepada Tuhan yang Maha Kuasa,” kata Pria yang berdomisili di Pasuruan ini. Meski demikian, dengan latihan teratur di Satya Buana, aura seseorang akan terbentuk menjadi baik dan sehat. Aura yang sehat mencetak tubuh fisik menjadi sehat pula.
******
Selesai foto aura, rombongan langsung menuju Pelabuhan Domestik Sekupang. Dengan kapal cepat, rombongan menempuh perjalanan 1,5 jam sejak berangkat pukul empat sore. Sesampai di Karimun, rombongan disambut Ny Martini. Wanita ini adalah Ketua Pekerja Sosial. Dia mewakili istri Bupati Karimun, Hj Noorliza Nurdin yang berhalangan hadir. Tak heran, baksos penyembuhan massal ini merupakan kerjasama POTD Satya Buana Batam dengan Koordinator Kegiatan Kesejahteraan Sosial (K3S) Kabupaten Karimun.
Baksos penyembuhan massal digelar 19 Juli 2011. Ratusan warga Karimun ikut hadir di penyembuhan yang digelar di Gedung RMB (Rumpun Melayu Bersatu) itu. Penyembuhan dipimpin langsung Pak Yoyok, dan diback-up penuh pengurus dan peserta Satya Buana Batam. Event ini sekaligus melatih kemampuan para peserta Satya Buana Batam, untuk makin meningkatkan pengalaman dan jam terbang mereka di bidang penyembuhan.
Rombongan Satya Buana kembali ke Batam sore harinya. 20 Juli, Pak Yoyok beserta istri kembali ke Jawa Timur. (*)