Jika Takabur, Habislah Satya Buana

Catatan:
Kharisma Abadi *)

Suatu malam di awal Tahun 1990-an. Jarum pada jam dinding menunjukkan jam 12 malam lebih. Ketika itu, Pak Wono – panggilan Drs Edi Suwono- sedang bersantai di rumahnya yang terletak di Jalan Diponegoro, Pasuruan Jawa Timur. Suasananya sudah sepi. Sejumlah pasien yang minta diterapi Pak Wono sudah pulang. Pak Wono hanya ditemani seorang murid. Namanya Michael Kusuma.

Michael adalah salah satu murid Pak Wono yang sebenarnya termasuk senior. Dia warga etnis Tionghoa, tetapi sangat percaya dengan apa yang diajarkan mendiang Pak Wono. Waktu itu, POTD Satya Buana belum lahir. Di masa tersebut, Pak Wono dan Michael masih mengikuti disiplin ilmu tenaga dalam lain.
Sambil menikmati angin malam dan heningnya suasana, terjadi obrolan berikut.

“ Suatu saat nanti, akan ada ilmu baru yang akan turun melalui bapak,” ujar Michael.
“Ah…mosok sih mas….nggak mungkin….ada-ada saja…,” jawab Pak Wono sambil tertawa lepas.
“ Iya Pak, nanti anda akan jadi gurunya dan memimpin banyak orang,” tegas Michael lagi, seolah ingin meyakinkan Pak Wono.

Pak Wono kembali tertawa mendengar celetukan Michael yang spontan itu.

*******

Kisah tentang perbincangan santai yang belakangan menjadi pertanda awal turunnya ilmu Satya Buana itu disampaikan Michael kepada saya, kemarin (09/06). Kami bertiga (bersama istri Michael) baru saja pulang dari Kota Pasuruan, untuk bertakziyah atas wafatnya Ny Marie Endah, istri Pak Wono yang meninggal karena sakit.
Sering memang, disaat orang-orang yang kita cintai sudah meninggalkan kita, justru muncul kisah-kisah menyentuh sarat makna yang layak dijadikan pelajaran dan mengandung hikmah.

Tidak ada yang tahu pasti, bahwa ternyata penglihatan Michael di awal Tahun 1990-an itu benar adanya. Pak Wono sendiri pernah mengatakan kepada saya, bahwa dirinya tidak pernah berambisi membuka perguruan tenaga dalam. Pasalnya, tanggung jawabnya terlampau berat karena menyangkut nasib dan hubungan manusia kepada Tuhannya. Salah mengajarkan tenaga dalam, bisa jatuh ke syirik dan itu berarti masalah berat menghadang di akherat.
Atas perkataan Pak Wono kepada saya tersebut, saya ingin mencari konfirmasi. Dan itu sudah terjawab ketika Michael menceritakan kisah sebagaimana sudah saya ungkap di awal tulisan ini. Berarti, Pak Wono memang benar tidak berambisi membuat perguruan tenaga dalam.

Kelahiran POTD Satya Buana sendiri tak bisa dilepaskan dengan serangkaian peristiwa spiritual. Sehabis buka puasa di malam ke-23 Bulan Ramadhan, Pak Wono bersiap untuk menjalankan ibadah salat tarawih. Ketika sedang duduk sendirian di ruang tamu rumahnya, mendadak di teras rumah muncul seorang pengemis tua laki-laki. Pengemis tanpa baju atas dan hanya bercelana pendek itu hanya terdiam di teras rumah. Dia hanya diam. Tidak mengucap satu kata pun, apalagi menengadahkan tangan pertanda meminta uang sedekah.

Melihat pengemis itu, Pak Wono tergerak untuk memberikan sedekah. Selain sedekah berupa uang, Pak Wono juga menyiapkan sepotong baju dan sarung bersih. “Karena waktu itu, saya lihat pengemis itu nggak pakai baju mas. Saya lihat apa yang paling dia butuhkan,” tukas Pak Wono kepada saya, ketika menceritakan awal kejadian sebelum kelahiran POTD Satya Buana.

Begitu Pak Wono keluar kembali untuk memberikan sedekah, ternyata pria tua itu menghilang. Merasa ada yang aneh, pria tua itupun dicarinya. Mulai dari jalan kampung sampai ke jalan raya ditelusuri Pak Wono, namun si pengemis itu menghilang secara misterius.

Pak Wono merasa sedih dan menyesal. Tetapi sekaligus penasaran. Mengapa pria setua itu bisa berjalan begitu cepat dan menghilang, padahal Pak Wono hanya menghabiskan waktu tak kurang dari tiga menit untuk menyiapkan sedekah.
Peristiwa itu rupanya membuka perjalanan spiritual turunnya keilmuan Satya Buana. Sekitar tengah malam di hari yang sama, keilmuan Satya Buana turun kepada Pak Wono sekaligus menunjuknya sebagai pemegang amanah keilmuan Satya Buana. Keilmuan Satya Buana turun dengan nama Al-Mukminun, dan petunjuk spiritual memerintahkan agar Pak Wono membaca QS Al-Mukminun serta memahami arti yang terkandung di dalamnya.

Turunnya keilmuan baru ini tak membuat Pak Wono berbangga diri. Justru dia harus berpikir keras.  mulai mencari nama untuk keilmuan ini. “Sebab, saya tidak mau menggunakan nama Al-Mukminun sebagai nama perguruan, karena kesannya takabur dan seolah-olah kalau mengikuti ilmu ini, maka seseorang dijamin menjadi orang mukmin,” ujar Pak Wono. Melalui kemampuan spiritual kedua anaknya, “nama Indonesia” yang muncul adalah satria buana. Tetapi, Pak Wono memutuskan untuk mencari nama lagi. “Kesannya masih mencerminkan kesombongan, karena sebutan satria itu seolah kita orang paling hebat. Saya tidak suka,” tegas Pak Wono. Melalui upaya pendekatan diri kepada Allah yang Maha Kuasa, nama yang lahir adalah Satya Buana. Artinya keselarasan dengan buana atau semesta alam. Nama inilah yang dipertahankan sampai sekarang.

******

Pak Wono merasa keilmuan Satya Buana akan terus disempurnakan. Dan perjalanan Satya Buana akhirnya melahirkan tiga cabang keilmuan. Anda pasti sudah tahu, ada senam pernafasan lansia, senam pernafasan anak, dan senam pernafasan khusus wanita. Keilmuan ini semuanya turun ketika Pak Wono masih hidup dan dia sekaligus memberikan arahan-arahan agar keilmuan ini bisa diajarkan pada peserta pelatihan.

Tentang tiga cabang keilmuan ini, beberapa bulan silam Mantan Pembina Yayasan Satya Buana, Pak Firman, bertanya kepada saya : bagaimana dengan mereka yang menolak dan tidak mau mempercayai ketiga cabang keilmuan itu. Bagaimana solusinya. Apa yang harus dilakukan agar segelintir orang yang menolak itu mau menerima perkembangan di Satya Buana.

Jawaban saya begini : kita tidak bisa memaksa orang untuk percaya. Jangankan hanya soal sepele seperti tenaga dalam ini, wong soal agama pun juga tidak ada paksaan kok dalam Islam. Tetapi, bukan berarti ketiga cabang ilmu itu bohongan atau rekayasa. Itu memang benar diamanahkan oleh Pak Wono, maka kita mesti menjalankannya. Untuk pembuktian benar atau tidaknya, hanya ada satu cara. Yaitu saksi yang mengetahui turunnya ketiga cabang ilmu itu harus disumpah dengan Al Quran. Mereka harus mau bersaksi atas nama Allah untuk menegaskan ketiga cabang keilmuan tersebut. Jika setelah sumpah dilakukan, masih ada orang yang hatinya tetap keras tidak mau percaya, ya sudah. Tidak ada upaya apapun lagi untuk meyakinkan, karena tidak ada kesaksian yang lebih tinggi lagi di atas sumpah dengan kitab suci Al Quran.

Pak Firman tampaknya lega dengan jawaban saya ini. Saya memang tak mau bertele-tele membahas sesuatu yang benar, tetapi dipersoalkan dengan berbagai dalih atas nama hawa nafsu. Tidak ada manfaatnya sama sekali.
Begitu juga dengan tudingan miring terhadap figur pemimpin POTD Satya Buana saat ini. Kepada para pemimpin POTD Satya Buana sekarang ini, saya selalu memberikan saran agar tidak usah menggubris berbagai tudingan miring itu. Ada yang menuduh bahwa pemimpin POTD Satya Buana berambisi. Ada yang menuding pemimpin POTD Satya Buana mencari kekayaan dengan menjual ilmu, dan sebagainya.

Memang, menuduh dan menuding orang lain adalah pekerjaan yang paling mudah. Fitnah itu paling asyik ketimbang bertabayyun (meminta klarifikasi).

Saya kasihan dengan pemimpin POTD Satya Buana. Mereka tidak pernah melamar untuk menjadi pengurus. Pun tidak mendapatkan fee alias honorarium dari kepengurusan, kecuali yang sudah diatur dalam AD/ART yayasan. Saya lihat, mereka sudah hidup berkecukupan sehingga tak ada gairah untuk menyalahgunakan amanah. Mereka hanya menjalankan amanah menjelang Pak Wono berpulang ke Sang Khalik.

Saat kematian tiba, tak ada teman yang menemani kecuali amal perbuatan dan akidah yang lurus. Kesiapan dan kepasrahan itulah yang hendak dituju, karena hanya Allah-lah tujuan akhir hidup manusia. Dengan landasan itu, apa yang mau disombongkan di Satya Buana ? Keilmuan Satya Buana hakekatnya hanya mengantar seseorang agar siap dan pasrah, bila sewaktu-waktu masuk ke liang lahat. Tidak lebih dan tidak kurang. Jika di antara kita yang sudah siap memikul beratnya tanggung jawab dunia akherat, siap meletakkan satu kaki di surga dan satu kaki di neraka, maka monggo, dipersilahkan mendaftarkan diri menjadi figur pemimpin di POTD Satya Buana. Kami dengan senang hati akan menerima pendaftaran tersebut. (*)

*) Penulis adalah Humas POTD Satya Buana Pusat

Tinggalkan Komentar